Burnout: Pembunuh Produktivitas Tenaga Kesehatan Indonesia

Memuat Artikel ....

Pekerjaan merupakan salah aspek yang penting bagi kehidupan manusia. Harapan dari pelaksanaan pekerjaan adalah mendatangkan kebahagiaan dan kesuksesan. Akan tetapi, pekerjaan juga dapat menjadi sumber stres dan kecemasan bahkan hingga dapat berujung pada gangguan emosi hingga depresi. Dalam beberapa dekade terakhir, beban emosional akibat pekerjaan terus mengalami peningkatan yang memberikan dampak buruk bagi produktivitas kerja tenaga kesehatan serta menimbulkan kelelahan kerja atau dikenal dengan istilah Burnout.

 

Apa itu Burnout?

Istilah burnout pertama sekali diperkenalkan oleh Herbert Freudenberg pada tahun 1974 yang mendeskripsikan stres psikologis dan emosional yang berkaitan dengan pekerjaan. Pada tahun 2019, World Health Organization (WHO) telah mengelompokkan burnout sebagai fenomena okupasi dan bukan kondisi medis tertentu (International Classification of Diseases - ICD 11).

Istilah burnout merupakan pintasan dari tiga kondisi psikologis atau dikenal dengan TIGA DIMENSI Burnout mencakup:

  1. Kelelahan Emosional

    Tenaga kesehatan merasa energinya terkuras habis, baik secara mental dan emosional. Kondisi ini biasanya ditandai dengan menurunya motivasi dalam bekerja dan 

  2. Depersonalisasi 

    Tenaga kesehatan merasa terpisah dengan pekerjaan atau orang lain. Kondisi ini biasanya ditandai dengan berkurangnya empati dan memberikan respon negatif kepada orang lain dengan sinis.

  3. Penurunan Kinerja 

    Tenaga kesehatan merasa tidak melakukan suatu pekerjaan dengan optimal. Kondisi ini biasanya ditandai dengan adanya perasaan tidak mampu, rendahnya tingkat kepuasan kerja dan tidak kompeten.

 

Burnout pada Tenaga Kesehatan

Kondisi stres kronis yang terjadi akibat tekanan kerja yang berlebihan dan berkepanjangan adalah faktor utama penyebab Burnout pada tenaga kesehatan di Indonesia. Tenaga kesehatan, termasuk dokter, perawat, bidan, farmasi sering kali menghadapi beban kerja yang tinggi, jam kerja yang panjang, serta tekanan emosional dan fisik yang besar. Situasi ini diperparah oleh kurangnya sumber daya dan dukungan di banyak fasilitas kesehatan di Indonesia.

Studi Qatar Foundation and the World Innovation Summit for Health (WISH) yang berkolaborasi dengan WHO melaporkan sebanyak 50% tenaga kesehatan mengalami burnout. Jika difokuskan pada dokter dan perawat, peresentase burnout pada tenaga kesehatan mencapi angka 66%. 

 

Dampak Burnout terhadap Produktivitas

Burnout memiliki dampak yang signifikan terhadap produktivitas tenaga kesehatan. Kondisi ini mempengaruhi berbagai aspek kinerja individu, termasuk kemampuan untuk berkonsentrasi, membuat keputusan yang tepat, dan berinteraksi dengan pasien dan rekan kerja. Berikut adalah beberapa dampak utama burnout terhadap produktivitas tenaga kesehatan:

  1. Penurunan Kualitas Pelayanan

    Burnout dapat menyebabkan tenaga kesehatan menjadi kurang empatik, cenderung lebih kasar atau acuh tak acuh terhadap pasien. Hal ini dapat menurunkan kualitas pelayanan kesehatan dan memperpanjang waktu pemulihan pasien.

  2. Kelelahan dan Ketidakhadiran

    Tenaga kesehatan yang mengalami burnout sering kali merasa lelah secara fisik dan mental, yang dapat menyebabkan peningkatan ketidakhadiran dan penurunan produktivitas di tempat kerja.

  3. Kesalahan Medis

    Stres kronis dan kelelahan yang berkepanjangan dapat meningkatkan risiko kesalahan medis. Tenaga kesehatan yang mengalami burnout mungkin kurang teliti atau membuat keputusan yang salah, yang dapat membahayakan keselamatan pasien.

  4. Pergantian Tenaga Kerja

    Burnout juga berkontribusi pada tingkat turnover yang tinggi di kalangan tenaga kesehatan. Banyak tenaga kesehatan yang memutuskan untuk meninggalkan profesi mereka karena tidak mampu mengatasi tekanan dan stres yang mereka alami. Ini mengakibatkan kekurangan tenaga kerja dan meningkatnya beban kerja bagi mereka yang tetap bertahan.

 

Burnout adalah masalah serius yang mengancam produktivitas dan kualitas layanan kesehatan di Indonesia. Tingkat keparahan burnout di kalangan tenaga kesehatan menunjukkan perlunya perhatian khusus dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, institusi kesehatan, dan masyarakat. Meningkatkan kesadaran tentang fenomena ini adalah langkah pertama yang penting untuk mengatasi masalah ini. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang penyebab dan dampak burnout, kita dapat mengambil langkah-langkah yang lebih efektif untuk mendukung kesejahteraan tenaga kesehatan kita dan, pada akhirnya, meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia.

Kelelahan kerja Burnout Tenaga kesehatan
Tentang Artikel
Kutip Artikel

Pratama, R. (2024). Burnout: Pembunuh Produktivitas Tenaga Kesehatan Indonesia. Medizine [DD/MM/YYYY]

Referensi
Kontributor

Divisi Kedokteran Kerja, Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Indonesia

    Disusun oleh
    Penyunting
    Rovy Pratama
    Terakhir diperbarui:
    Jumat, 18 Oktober 2024
    Artikel Lainnya
    • Medizine Author - Muhammad Rinaldi Sufri
    Muhammad Rinaldi Sufri ,
     27 Februari 2025

    Mengenal Kondisi Stres pada Prosedur Imunisasi

    Reaksi akibat imunisasi tidak semata muncul akibat kandungan vaksin, melainkan karena cemas berlebihan terkait proses imuniasi tersebut. Terus, apakah berbahaya?

    • Medizine Author - Farhan Marzuki
    Farhan Marzuki ,
     8 April 2025

    Napak Tilas Dr. Ramazzini: Bapak Kedokteran Kerja Dunia

    Sudah tahu belum siapa yang pertama kali mencetuskan konsep Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)? Yuk berkenalan bersama dr. Ramazzini

    • Medizine Author - Teuku  Nanta Aulia
    Teuku Nanta Aulia ,
     5 Agustus 2024

    Skoliosis pada Remaja: Kenali Tanda dan Gejala Sejak Dini

    Apakah Anda atau anak Anda sering mengeluhkan nyeri Punggung? Waspada Skoliosis pada Remaja. Kenali tanda dan Gejalanya ...